Sabtu, 15 Juni 2024 13:49

Wisuda III Fakultas Pertanian Universitas Andalas Tahun 2024

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Andalas mengucapkan selamat kepada seluruh wisudawan dan wisudawati Faperta Unand Program Sarjana, Magister dan Doktor pada wisuda  Fakultas Pertanian Universitas Andalas pada tanggal 15 Juni tahun 2024 ini.

Pada acara wisuda hari ini, jumlah wisudawan, wisudawati per prodi sebagai berikut :

  • 97 Orang dari program S1
  • 4 Orang dari program Magister S2
  • 3 orang dari program Doktor S3

Sehingga total yang diwisuda pada hari ini berjumlah 104 orang.

Untuk program Doktor S3, salah satu wisudawan berasal dari Vietnam. Ini merupakan kebanggaan kita juga karena Faperta Unand juga Go Internasional dan sudah banyak meluluskan mahasiswa asing.

Dalam sambutannya Dekan Fakultas Pertanian menyampaikan "suatu kebahagiaan tersendiri dari kami dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas bisa bertemu secara langsung dengan Bapak/Ibu dan wisudawan/wisudawati Fakultas Pertanian Unand pada wisuda 3 tahun 2024 ini yang diselenggarakan pada akhir tahun ini. Bagi ananda wisudawan/wisudawati Setelah wisuda ini, perjuangan ananda baru saja dimulai untuk menatap kehidupan ananda kedepannya".

Sumatera Barat merupakan daerah yang disebut “paradise” oleh wisatawan mancanegara karena eloknya alam yang selalu memanjakan mata. Selain itu, paradise ini juga bisa dirasakan oleh masyarakat Sumatera Barat sendiri karena selain hanya indah, Sumbar juga memiliki dataran tinggi yang rendah yang memungkinkan semua jenis tanaman bisa tumbuh baik di ranah minang ini. Mungkin inilah yang dimaksud oleh “Koes Plus” dengan lagu “Kolam Susunya”. 

Ketika Bapak/Ibu yang berasal dari utara khususnya dari Padang Panjang arah ke utara  ketika datang ke Padang untuk menghadiri wisuda anak bapak/Ibu hari ini, mata Bapak/Ibu selalu pasti akan tertuju kearah Gunung Marapi yang selama 6 bulan terakhir menjadi pemberitaan karena erupsi dan belum berhenti hingga saat ini. Selain itu, Bapak/Ibu akan disuguhi oleh pemandangan hamparan lahan pertanian  yang hijau diantara gunung Marapi dan Singgalang. Hamparan lahan inilah yang menjadi penyangga kehidupan wilayah Sumatera Tengah dengan menyediakan komoditi hortukultura, ujar Dekan Fakultas Pertanian Unand.

Ketika kita bicara tentang gunung Marapi, maka mata kita tertuju pada  duka yang sedang dialami oleh ranah minang kita. Saat ini, Sumatera Barat masih dirundung duka. Duka ini dimulai 6 bulan yang lalu, dimulai ketika pada awal desember 2023 kemarin, gunung Marapi meletus, kemudian diiringi longsong dimana-mana yang sempat memutus jalur transportasi Sumbar-Riau, kemudian beberapa hari sebelum hari raya idul fitri, beberapa nagari disekitar gunung marapi dilanda Galodo atau air bah. Begitu juga di Pesisir Selatan dan sijunjung yang mengalami banjir yang mengakibatkan bannyak jalan utama yang mengubungkan antar provinsi putus.  Kemudian yang terakhir,  terjadi kembali Galodo yang melanda beberapa kabupaten seperti Agam dan Tanah Datar yang menelan banyak korban jiwa dan membuat jalan Padang-Bukittinggi putus dan belum bisa dilalui hingga saat ini.

Kondisi gunung marapi saat ini yang masih berstatus siaga membuat kegiatan masyarakat disekitar gunung ini dibatasi hingga radius waktu tertentu. Yang paling terdampak dari kejadian ini adalah petani yang berada dalam radius tersebut karena mereka tidak bisa bercocok tanam. Hal ini tentu berdampak terhadap ketersedian sayuran yang berada di pasar menurun sehingga membuat harga komoditi tersebut merangkak naik. Hal ini tidak terlepas dari luasnya lahan yang terdampak dari erupsi gunung marapi sehiangga kegiatan pertanian terhenti. Berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, 3.144 ha lahan terdampak dari erupsi gunung marapi dengan rincian di Kabupaten Tanah Datar seluas 2.100 ha berupa lahan hortikultura, 988, 21 ha di Kabupaten Agam masih lahan hortikultura dan 55,92 ha di Kota Padang Panjang dengan lahan yang sama, yaitu hortikultura. Pasca erupsi gunung Marapi pada bulan Januari kemarin saja, harga sawi naik hingga 62%. Kemudian harga buncis sebesar 20 % dan wortel naik sebesar 20%. Belum lagi harga komoditi lainnya yang dibudidayakan disekitar gunung Marapi. Saat ini, Marapi masih belum menunjukkan kapan dia kan berhenti erupsi sehingga ini yang perlu kita waspadai agar kenaikan harga sayuran tidak semakin tinggi.

Karena banyaknya bencana yang terjadi di Sumatera Barat khusunya yang berdampak terhadap pertanian membuat kedepannya perlu suatu kurikulum tentang mitigasi bencana di program-program studi Fakultas Pertanian sehingga dampak bencana terhadap pertanian bisa diminimalisir. 

Karena yang paling terdampak dari suatu bencana adalah pertanian, bidang yang menyediakan kebutuhan dasar bagi manusia. Untuk itu, saatnya kedepan, kita sebagai insan pertanian harus siap dengan resiko yang ditimbulkan akibat bencana sehingga kedepannya kita harus “Berdamai dengan bencana”.

Terakhir dalam sambutannya Dekan Fakultas Pertanian, berharap kepada semua wisudawan dan wisudawati agar setelah mendapatkan pekerjaan nanti bisa melapor kepada pihak Fakultas agar bisa didata untuk data di Fakultas Kita Fakultas dan Universitas. Selalu jaga nama baik Fakultas Pertanian Universitas Andalas dimanapun berada karena orang akan menilai almamater ananda, bukan diri ananda.

Read 109 times